Senin, 02 Juni 2008

PENDAMPINGAN KELOMPOK MASYARAKAT

Pengertian PeNDAMPINGAN

Pendampingan mengandung pengertian membantu proses penguatan kemandirian berdasarkan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan perubahan sosial

Pendamping adalah orang luar yang memiliki kepedulian untuk melakukan proses pembelajaran masyarakat dalam konteks pemberdayaan, yang datang untuk memfasilitasi (bukan menggurui), yang berada sejajar dengan masyarakat (bukan di atas masyarakat), yang berperan menemani masyarakat dalam melaksanakan setiap tahapan proses pemberdayaan.

Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang terus-menerus antara pendamping dengan anggota kelompok/masyarakat hingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diri. Pendampingan kelompok masyarakat hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan yang datang dari luar kelompok masyarakat.

Kata diprakarsai oleh masyarakat sendiri, jelas menunjukkan adanya proses inisiatif dan bentuk tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, tanpa adanya intervensi dari luar.

Dengan demikian tujuan utama dari pendampingan adalah adanya KEMANDIRIAN kelompok masyarakat.

Untuk mencapai kemandirian dibutuhkan suatu kombinasi dan manajemen. Dengan demikian sebenarnya ada3 elemen pokok dalam kemandirian, yaitu :

>> Kemandirian Material.

Yaitu kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan dasar dan mekanisme untuk tetap dapat bertahan pada waktu krisis.

Hal ini bisa diperoleh melalui proses :

Ø Mobilisasi sumberdaya pribadi/keluarga dengan mekanisme menabung dan penghapusan sumberdaya non produktif.

Ø Penegasan tuntutan atas hak-hak ekonomis, seperti : surplis yang hilang karena penukaran yang tidak imbang.

>> Kemandirian Intelektual.

Yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk domonasi yang muncul.

Dengan dasar tersebut masyarakat akan dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang muncul.

>> Kemandirian Pembinaan (= Pendampingan)

Yaitu kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif yang membawa pada perubahan kehidupaan mereka. (Sebagai catatan : dalam proses pendampingan ada intervensi pendamping dari luar, maka pada tahapan kemandirian pendamping kelompok masyarakat berasal dari dalam).


Mengapa Kelompok Masyarakat didampingi ?

Selama ini merupakan hal yang biasa atau sah-sah saja bila suatu instansi pemerintah, swasta atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat datang/masuk di desa yang dikatakan miskin atau terpencil dan mengatakan bahwa mereka mau membantu atau mendampingi masyarakat untuk membangun desanya.

Apakah kita pernah bertanya kepada diri kita sendiri, benarkah mereka membutuhkan ? dan apakah mereka pernah minta didampingi ? Apakah kalau tidak didampingi mereka tidak akan hidup atau berkembang ?.

Tetapi bukankah selama ini masyarakat tidak pernah menolak didampingi ? Mengapa mereka tidak pernah menolak ? Dan sejumlah pertanyaan reflektif lain masih dapat dimunculkan.

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas bukanlah suatu hal yang sulit bila itu menurut pemikiran dan atas dasar rasionalitas kita, tetapi dapatkah kita menjawab menurut cara berpikir dan hati nurani mereka ?

Bila mau jujur dan obyektif, sebagian besar dari kita bahkan tidak pernah mempertanyakan hal-hal seperti tersebut di atas.

Walaupun telah menggunakan istilah pendampingan, tetapi bila datang ke desa, pada umumnya kita telah membawa program atau proyek yang keputusan ada dan tidak adanyaprogram/proyek itu tidak dilakukan oleh masyarakat, tetapi oleh KITA-KITA para pendamping.

Sekali lagi masyarakat tidak pernah menolak adanya program/proyek itu, walaupun hal itu tidak seperti yang mereka harapkan atau butuhkan.

Dari gambaran tersebut diatas sebenarnya “keluguan, kejujuran keterbukaan, sikap menghargai, semangat kerjasama dsb” dari masyarakat terhadap orang luar, bukanlah menunjukkan ketidak tahuan mereka tetapi lebih pada keingintahuan mereka terhadap orang luar.

Masyarakat memiliki pengetahuan yang berakarkan pada pengalaman dan dalam proses mikro sedangkan pendampingan memiliki pengetahuan yang bersifat intelektual formal dan dalam proses makro. Dengan demikian bila keduanya berinteraksi secara aktif akan membawa suatu perubahan yang dinamis.


Tujuan Pendampingan

Adapun yang menjadi tujuan pendampingan adalah tumbuh dan berkembangnya:

1. Kemampuan tokoh masyarakat menjadi perintis, penggerak dan pelaksana pembangunan.

2. Kemampuan masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan yang dilandasi semangat kebersamaan.

3. Kemampuan organisasi/kelembagaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.

4. Kemampuan masyarakat dalam menggali dan menghimpun potensi local dalam suatu organisasi.

5. Meningkatnya jumlah pelaku pembangunan oleh masyarakat serta peningkatan keberhasilan dalam pengelolaannya.

6. Meningkatnya kemampuan kelembagaan kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

7. Terorganisasinya potensi lokal dalam pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan.

Indikator keberhasilan pendampingan terletak pada sustainability kegiatan, artinya, apakah setelah selesai pendampingan, kegiatan masih berjalan dengan baik. Konsep ini sering disebut sebagai “Efektifitas Tujuan Fungsional Program”.

Fokus Pendampingan

Bila tujuan pendampingan kelompok masyarakat adalah terwujudnya kemandirian dibidang material, intelektual, organisasi dan manajemen, oleh karena itu fokus pendampingan harus mengarahkan pada pencapaian tujuan tersebut, yakni melalui :

<< Penyadaran berfikir kritis dan analitis

Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan meneliti hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut.

<< Penggunaan atas hak dan kewajiban individu dan kolektif

Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bertindak atas dasar hak dan kewajiban yang bertindak atas dasar hak dan kewajiban yang dimiliki (=tidak mengatas namakan secara tidak tepat)

<< Tertib administrasi dan keterbukaan organisasi

Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bahwa tertib andministrasi dan keterbukaan didalam organisasi bukan didasari kecurigaan tetapi justru merupakan cermin pertanggung jawaban diantara mereka.

<< Pengembangan sumber daya produktif

Yaitu mengajak anggota kelompok sadar agar dalam mengembangkan usaha bukan sekali “beruntung”, tetapi usaha yang untung secara berkelanjutan. Hal ini berarti dalam berusaha bukan hanya mengambil/memanfaatkan tetapi juga harus mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya produktif yang ada.

<< Kaderisasi

Yaitu mengajak anggota kelompok sadar bahwa dalam suatu proses pendampingan dimana adanya intervensi dari luar yakni pendampingan pada saatnya akan berfikir dan harus digantikan oleh pendamping yang datang dari dalam kelompok itu sendiri.

SIAPAKAH YANG MENJADI PENDAMPING KELOMPOK MASYARAKAT ?

Dalam pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa dalam proses pendampingan Kelompok Masyarakat pada awalnya akan terjadi intervensi dari luar yaitu dengan adanya pendamping dari luar. Tetapi ketika kelompok telah mancapai tahap kemandirian, maka peran pendamping dari luar akan digantikan oleh pendamping dari dalam kelompokitu sendiri.

Oleh karena itu siapapun an dari manapun, seorang pendamping Kelompok Masyarakat adalah mereka yang :

- Mempunyai komitmen pada pengembangan orang miskin/desa

- Percaya pada kreativitas kaum miskin

- Mempromosikan pembebasan keamampuan kreatif kaum miskin

- Membantu menanggulangi rintangan menuju pada tindakan

- Obyektif, pandangannya bebas dari prasangka atau tidaak terikat pada suatu paham pengetahuan tertentu, tetapi lebih mendasarkan pada suatu perspektif sosial tertentu yang ada pada masyarakat.


Peran-peran apa yang bisa dilakukan Pendamping ?

Mendasarkan pada pengertian Pendamping tersebut diatas sejumlah peran kiranya bisa diambil oleh seorang Pendamping Kelompok Masyarakat, tetapi dalam besarnya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai :

1. Konsultan

Dalam hal ini pendamping harus mampu menjadikan dirinya tempat bertanya, menampung permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi para fungsionaris kelompok dan memberikan alternatif pemecahan masalah dengan keputusan tetap ada di tangan kelompok masyarakat sendiri.

2. “Fasilitator”

Sebagai seorang “fasilitator”, pendamping harus mampu memfasilitasi kebutuhan kelompok dalam hubungannya dengan pihaak luar. Baik dalam hal menemukan akses sumberdaya atau pasar, maupun dalam mempromosikan kelompok agar mendapatkan pengakuan dari pihak luar.

3. Pelatihan

Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta terjadinya perubahan sikap dalam diri para fungsionaris kelompok, maka seorang pendamping juga harus mampu menjadi pelatih bagi kelompok masyarakat.

Ketiga peran tersebut di atas sebenarnya bukan peran yang berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dimana satu dengan yang lain akan saling berkaitan dan mendukung.

Sebagai contoh : sebagai seorang pelatih, pendamping tentunya terbatas kemampuannya dalam hal pelatihan teknis (seperti : cara membuat minyak kelapa atau barang kerajinan). Untuk itu pendamping harus tetap mengupayakan pelatihan di bidang tersebut dengan jalan memfungsikan peran yang lain yaitu sebagai fasilitator untuk menghubungkan atau mencari orang lain yang dapat memberikan pelatihaan teknis tersebut. Dengan demikian tidak harus semua diaa sendiri yang melakukan.


Keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki seorang Pendamping Kelompok Masyarakat ?

Untuk mendukung ketiga peran tersebut di atas, seorang pendamping dituntut memiliki beberapa keterampilan pokok di bawah ini, yaitu :

1. Berkomunikasi dua arah (horisontal)

Bila kita konsisten dengan pengertian pendampingan seperti telah diraihkan sebelumnya, maka dalam berkomunikasi harus dua arah dan horisintal. Hal ini ditekankan guna menjaga hubungan yang sejajar antara pendamping dengan kelompok hubungan antara subyek dengan bukan subyek dengan obyek.

2. Beradaptasi (= penyesuaian diri)

Kemampuan beradaptasi ini hendaknya dilihat bukan hanya secara sepihak dalam arti pendamping harus mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup, adat atau kebiasaan masyarakat. Tetapi juga kemampuan untuk mengajak masyarakat menerima hal-hal baru diluar gaya hidup atau kebiasaan mereka selama ini.

Kesalahan selama ini pendamping yang selalu harus bisa beradaptasi terhadap masyarakat, tetapi apalah artinya pendamping yang bisa melakukan penyesuaian diri tetapi gagal membawa kelompok masyarakatnya menyesuaikan terhadap perubahan yang dihadapi.

3. Studi dan analisis Sosial

Untuk dapat memahami dinamika dan realita sosial yang dihadapi oleh masyarakat serta tujuan pendampingan yang mengarah pada tingkat partisipasi dan kemandirian kelompok masyarakat, maka seorang pendamping dituntut untuk selalu mengasah kemampuannya dalam melihat struktur kemiskinan, ketergantungan dan keterikatan proses sosial pada tingkat mikro dan makro.

4. Menangani ketegangan dan konflik

Menangani ketegangan dan konflik disini bukan hanya yang terjadi di dalam kelompok masyarakat, tetapi juga menyangkut yang luar kelompok.

Sebab pekerjaan pendampingan yang berbeda. Mereka yang menolak perubahan atau dirugikan oleh inisiatif mandiri masyarakat, akan memilih pendamping sebagai target serangan.

Contoh : Keterikatan antara masyarakat dengan tengkulak/pengijon. Maka kemandirian masyarakat sebagai dampak dari proses pendampingan akan dilihat sebagai awal kematian pekerjaan mereka. Oleh karena itu pendamping akan dilihat sebagai musuh oleh para tengkulak/pengijon tersebut.

5. Belajar secara terus menerus

Bukan suatu pekerjaan yang mudah bagi pendamping (apalagi yang berada di daerah pedalaman) untuk dapat belajar secara terus menerus. Dalih keterbatasan dana, trasportasi dan sumber belajar akan menjadi alasan yang sah.

Padahal kemampuan seorang pendamping tidak akan cukup bila hanya mendasarkan pada pelatihan awal sebagai persiapan sebagai pendamping.

Bila menyadari bahwa kelompok masyarakat pun mengalami perubahan dan perkembangan, jelas bahwa kemampuan pendamping bila tidak dikembangkan kelompoknya. Sumber belajar bagi pendamping hendaknya dilihat bukan hanya sebatas pelatihan dan buku, tetapi interaksi dengan berbagai pihakpun akan dapat dijadikan belajar yang efektif.

6. Animasi (Menghapuskan diri)

Kemampuan ini menjadi yang paling menantang bagi seorang pendamping bukan karena sulit untuk dilakukan, tetapi lebih karena adanya hambatan psikologis.

Seorang pendamping dengan bangganya akan menceritakan bagaimana kelompok masyarakat “menangis” dan merasa kehilangan ketika ia mengakhiri tugasnya sebagai pendamping disana.

Kalau Bapak pergi siapa lagi yang akan mendampingi kami ?

Pendamping akan merasa kecewa atau gagal bila kelompok masyarakat mengatakan : “terima kasih Pak atas bantuanya selama ini, kami sekarang tidak perlu bantuan Bapak lagi, kami sudah bisa membangun kelompok kami sendiri.

Padahal keberhasilan dalam proses pendampingan ialah ketika kelompok masyarakat yang didampingi telah mandiri dan mempunyai pendamping yang berasal dari mereka sendiri untuk melakukan proses pendampingan selanjutnya.

Dengan demikian kemampuan seorang pendamping untuk menciptakan kader-kader pendampin yang berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri merupakan indikator utama keberhasilannya sebagai pendamping, jadi bukan yang sebaliknya sebab proses pendampingan bukan untuk menciptakan ketergantungan baru bagi kelompok masyarakat.


TUgas dan Fungsi Pendamping/fasilitator

Fasilitator/pendamping adalah orang yang menyelenggarakan dan menyediakan sarana dan membangun proses agar masyarakat kelompok sasaran melakukan kegiatan secara mandiri. Fasilitator/Pendamping adalah “orang luar” yang mendampingan masyarakat untuk menggali pengetahuan dan keterampilan mereka, bukan sebagai “guru” bahkan fasilitator juga belajar mengenal keterampilan dan pengetahuan masyarakat.

Tugas Pendamping adalah:

· Mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan sikap, pengetahuan maupun perilaku baik perubahan secara individual maupun kelompok dalam penanggulangan kemiskinan.

· Melakukan identifikasi dan analisa masalah, merencanakan kegiatan, monitoring dan evaluasi bersama dengan kelompok sasaran.

· Mendorong kelompok sasaran/masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan.

· Membantu masyarakat untuk mengorganisir kegiatan.

· Mendorong terjadinya kerjasama antar anggota masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

· Membantu masyarakat baik individu maupun kelompok dalam bekerjasama dengan kelompok lain dalam pelaksanaan kegiatan, misalnya memudahkan msyarakat untuk mendapatkan narasumber dalam pengembangan usaha. Memberikan informasi yang dibutuhkan mengenai pengembangan usaha.

Keterampilan Yang Dibutuhkan dalam Pendampingan

Mengingat pendamping masyarakat merupakan posisi yang sangat strategis dalam upaya-upaya pembelajaran dan pemberdayaan, maka dibutuhkan berbagai jenis keterampilan dan kemampuan dari seorang pendamping.

Konsep keterampilan yang dibutuhkan dalam pendampingan ini sering disebut sebagai “8 (delapan) Koridor Pendampingan”, yaitu;

1. Mampu menganalisa secara ilmiah dan metodis pada aspek fisik lingkungan, sosial dan ekonomi.

2. Menguasai teknis pendampingan dan pengembangan masyarakat.

3. Mampu berkomunikasi 2 (dua) arah

4. Mampu memfasilitasi perencanaan program

5. Mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup dan gaya kerja (kinerja) masyarakat.

6. Mampu mengatasi situasi ketegangan dan konflik internal (manajemen konflik)

7. Mampu melakukan penghapusan peran diri secara sadar dan terencana

8. Mampu memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang muncul dan berkembang.

Sifat Pendamping Yang Baik

1. Kesetaraan

Menganggap peserta setara, artinya menghormati keadaan dan pendapat mereka.

2. Kerendahan Hati

Tidak bersikap terlalu sombong, misalnya sengaja memberitahu kepada masyarakat betapa tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki, betapa banyak pengalaman dan sebagainya.

3. Mampu dan Jujur

Seorang fasilitator/pendampin harus layak untuk dipercaya. Selain mau belajar agar cukup menguasai materi bahasan, pendamping harus memberi kesan bahwa dia cukup jujur artinya tidak membesar-besarkan masalah atau membual mengenai sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.

4. Percaya Diri

Rasa percaya diri fasilitator/pendamping dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga mereka akan lebih mudah tertarik terhadap informasi yang diberikan. Karena minat dan upayanya dalam mempelajari materi bahasan sebelum melakukan fasilitasi dan melakukan pengakraban dengan masyarakat biasanya kepercayaan diri akan terbina dengan sendirinya.

5. Terbuka

Pendamping seringkali dianggap mengetahui segala hal, sehingga dijadikan sumber informasi dan bertanya. Namun bisa saja suatu saat pendamping tidak mampu mengembangkan jawaban terhadap suatu pertanyaan dari masyarakat. Dalam keadaan ini pendamping harus mau mengakui ketidak tahuannya dan mengucapkan akan mencarikan jawaban dari orang lain atau dari masyarakat. Dalam hal ini pendamping harus mau belajar dari masyarakat. Bila tidak berhasil disarankan untuk bersama-sama mencari tahu kepada pihak-pihak yang lebih tepat.

6. Sabar

Proses komunikasi memang memerlukan waktu, perenungan tanggapan dan pengakraban suasana. Keadaan menunggu ini harus disadari sebagai bagian dari proses. Pendamping harus sabar dalam mengikuti proses yang terjadi, karena perubahan yang diinginkan tidak akan terjadi dengan begitu saja tetapi memerlukan waktu yang panjang.

7. Luwes dan Tanggap

Meskipun perencanaan sudah dianggap baik Pendamping harus bisa melihat perubahan-perubahan yang terjadi selama proses berlangsung yang barangkali memerlukan strategi-strategi dan kegiatan baru sesuai dengan situasi. Untuk itu pendamping tidak boleh kaku dengan perencanaan yang sudah dibuat.

8. Bisa Menyesuaikan Diri

Perbedaan pendapat sehari-hari, budaya setempat dan sejumlah perbedaan cara hidup harus dihadapi oleh pendamping dengan wajar dan berupaya melakukan penyesuaian dengan cepat, karena dalam keadaan itu masyarakat atau kelompok masyarakatlah yang menjadi “pemilik” kegiatan dan pelaku utama.

9. Empati

Pendamping harus mempunyai rasa empati terhadap masyarakat. Empati adalah melihat dan merasakan sesuatu seperti yang dirasakan oleh masyarakat kelompok sasaran.

10. Ramah

Pendamping tidak boleh membeda-bedakan perhatiannya terhadap setiap warga masyarakat. Semua warga diperlakukan sama, tidak ada yang lebih istimewa dari yang lainnya.

11. Menghargai

Pendamping harus bisa menghilangkan jarak social antara dia dengan masyarakat, sehingga bisa mengerti keadaan dan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat kelompok sasaran.

HAL-HAL YANG MEMBUAT PENDAMPING MASYARAKAT GAGAL

1. Menganggap dirinya pandai dalam semua bidang. Hal ini bisa terjadi karena ia selalu berhubungan dengan masyarakat serta banyak masalah sosial yang pernah dan sedang ditangani, sehingga membuat ia menjadi seolah-olah orang yang serba tahu.

2. Memakai metode instruksi dari atas dan melupakan dialog. Karena fungsinya adalah sebagai penghubung yang “dipercaya” oleh kedua belah pihak, maka sifat keangkuhan sebagai orang yang dipanuti akan dapat melekat di dalam dirinya.

3. Memberi ceramah yang bersifat terlalu umum (“omong kosong”), sifat ini akan muncul bila ia menganggap remeh pengetahuan yang ada di masyarakat.

4. Mengharapkan dirinya diterima oleh masyarakat selalu dengan antusias. Hal ini dapat terjadi karena seringnya dia berhubungan dengan masyarakat dan selama ini menganggap dirinya sudah diterima dengan baik oleh anggota masyarakat.

5. Mudah kecewa secara tidak sadar, karena tidak memahami bahwa perubahan struktur itu memakan waktu yang lama.

6. Menjanjikan sesuatu yang tidak realistis, dianggap bahwa masyarakat akan tidak mengingat apa yang diucapkannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah banyak mengalami masalahnya sendiri dan masalah tersebut bisa ditanganinya.

7. Tidak menepati janji. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya ia memberikan janji-janji kepada masyarakat, dan dianggap masyarakat tergantung pada dirinya.

8. Tidak netral dan berpihak kepada satu pihak. Biasanya ini terjadi pertentangan peran yang ada pada dirinya mengenai salah satu pihak, atau salah satu pihak mempunyai ikatan keluarga dengan dirinya.

9. Terlalu menyesuaikan diri dengan kondisi sosial, dan kebiasaan atau kebudayaan masyarakat yang menjadi dampingannya (going native). Hal ini dapat terjadi karena terlalu dalamnya ia terjun di masyarakat dan sudah merasa sebagai anggota masyarakat atau anggota salah satu komuniti tertentu di masyarakat.

10. Terus menerus hanya memperhatikan satu masalah, tidak memperhatikan masalah lain dalam konteks holistik. Ini bisa terjadi karena masalah kesukaan atau tantangan yang dianggap sangat menarik hatinya, sehingga perlu adanya fokus yang lebih terhadap suatu masalah saja.

11. Hanya menggalang informasi dari tokoh masyarakat/adat, tetapi tidak pernah menggalang informasi pada rakyat kecil (warga miskin), tidak pernah melakukan cross check pada masyarakat. Ia menganggap bahwa tokoh masyarakat merupakan panutan dari seluruh anggota masyarakat. Padahal tokoh masyarakat adalah orang yang tahu banyak tentang kondisi sosial, tetapi tidak tahu banyak tentang kondisi masalah per individu.

12. Memegang sendiri pengelolaan program, sehingga masyarakat tidak mendapatkan kesempatan dan selalu tergantung. Hal ini dapat terjadi karena ia menganggap bahwa dirinya sebagai panutan dan sebagai penghubung antara lembaga dan masyarakat.

Tidak ada komentar: